Pendahuluan
APRIL 10,
2014
1.1
Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu
alamiah dasar atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural
science) merupakan ilmu pengetahuan
yang menjelaskan tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk
di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya
mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja
dan ilmu yang hanya berbicara tentang bagaimna metode-metode ilmu
kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala alam lebih secara filosofi.
IAD merumuskan pemikiran yang selalu di landasi oleh realisme, karena
ilmu sains ini berbicara tentang metode-metode alamiah dan
gejala-gejala alamiah sehingga tidak dapat lepas dari realitas
objek-objek materi yang dapat dilihat oleh indra.
Sedangkan ilmu alamiah dasar menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006: V) “Ilmu Alamiah Dasar” merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi”.
Sedangkan ilmu alamiah dasar menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006: V) “Ilmu Alamiah Dasar” merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi”.
Jadi,
pengertian ilmu alamiah yang saya ketahui itu adalah pengetahuan
dasar yang mempelajari alam semesta,dan dapat dikatakan sebagai
konsep awal terbentuknya ilmu pengetahuan alam. Yang dapat
dipelajarinya dengan cara metode-metode atau prinsip-prinsip yang
tidak dapat lepas dari kenyataan (realitas).
Ilmu
alamiah dasar yang mempelajari dasar-dasar alamiah secara universal
atau keselururan tapi yang mencakup dasar-dasarnya saja. Ilmu alamiah
selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas
sehingga metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah
metode-metode yang tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat
dilihat dan dirasa oleh panca indra. Metode-metode yang digunakan
dalam menapsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah metode-metode alamiah
yang dapat di lihat oleh indra sehingga,tidak dapat dengan mudah
untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai ilmu alamiah
dasar jika tidak ada realitanya.
I.2
PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia
sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan
peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang
dirinya sendiri.Rasa ingin tahu ini mendorong
manusia untik menjelaskan gejala-ejala alam serta berusaha memecahkan
masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulakan
pengetahua.Pengetahuan yang terkumpul semain banyak disebabkan rasa
ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya, pada
hewan usaha untuk eksplorasi kea lam sekitar di dorong oleh instink
yang terpusat pada usaha untung mempertahankan dan melangsungkan
kehidupan.
A.
Sifat Unik Manusia
Dibandingkan
dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohani,
akal budi, dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai
tanduk, taji, ataupun sengat, maka untuk membela diri terhadap
serangan dari makhluk lain dan untuk melindungi diri terhadap
pengaruh lingkungan yang merugikan, manusia harus memanfaatkan akal
budinya yang cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan manusia
dapat mengendalikan jasmaninya.
Hal
ini dapat menimbulkan efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok
makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan
dapat bunuh diri. Kalau tubuh mendapat pengaruh yang
negatif dari lingkungan, maka timbul reaksi yang mendorong tubuh
supaya melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan itu. Tetapi
kemauan keras dapat memaksa tubuh supaya tetap menerima pengaruh yang
negatif itu. Jadi, sifat unik manusia itu adalah akal budi dan
kemauannya menaklukkan jasmaninya.
B. Rasa
Ingin Tahu
Dengan
pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk
melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi
adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu
berkembang. Dengan kata lain, rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat
dipuaskan. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas
berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya.
1.3
PERBEDAAN MITOS, LEGENDA, DAN CERITA RAKYAT
Mitos
Mitos adalah
sebuah imajinasi dari manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala
alam yang ada pada saat itu yang dikaitkan dengan kepercayaan akan
adanya kekuatan ghaib. Namun, disebabkan oleh keterbatasan manusia
dalam menjelaskan hal tersebut sehingga cenderung diidentikkan dengan
seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta sesuatu yang berbau mistis.
Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif.
Rasa ingin tahu
manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan
ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban
atas keingintahuannya itu.
»
Sebagai
contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia
mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi
muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa
gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka
sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang
marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah
anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang
besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang
menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang
bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos.
Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
~
Mitos
itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera
manusia misalnya:
1. Alat
Penglihatan
Banyak
benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika
benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
2. Alat
Pendengaran
Pendengaran
manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai
30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak
terdengar.
3. Alat
Pencium dan Pengecap
Bau
dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya .
manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam
,asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat
dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari
sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu
benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa
melakukannya.
4. Alat
Perasa
Alat
perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun
sangat relative sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi
yang tepat.
Alat-alat
indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada
yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga
ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan
alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir
dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat
indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap
sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun
alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan
pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan
pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat
pada masa itu karena:
a. Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik
langsung maupun
dengan alat.
b. Keterbatasan
penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat
ingin tahunya terpenuhi
Menurut
Auguste comte (1798-1857),dalam sejarah perkembangan jiwa manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga
tahap:
1. Tahap
teologi atau fiktif
Pada
tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau
menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala
sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam
yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan
sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan
peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib
lainnya.
2. Tahap
filsafat atau metafisik atau abstrak
Tahap
metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap
mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi
menyadarkan kepada kepercayan akan adanya kekuatan ghaib , melainkan
kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraktasi
guna menemukan hakikat segala sesuatu.
3. Tahap
positif atau ilmiah riel
Tahap
positif atau riel merupakan tahap dimana manusia telah mampu berfikir
secara positif atau riel,atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya
yang dikembangkan secara positif , melalui pengamatan , percobaan dan
perbandingan.
Legenda
Legenda adalah
sebuah cerita yang dirangkai secara turun temurun dan dipercayai oleh
masyarakat karena terbukti secara logis dalam pendeskripsian
ceritanya, cenderung mengemukakan kehadiran seorang tokoh yang
dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contohnya:
· Tangkuban
perahu yang berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan
kemarahan sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan pinta calon
pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri.
· Sangkuriang
· La
Madukelleng
· William
Tell
· Lutung
Kasarung
Cerita
Rakyat
Cerita
Rakyat
merupakan suatu peristiwa yang dikisahkan untuk menjelaskan akan
terjadinya sesuatu yang ada dimuka bumi ini. salah satu contoh kisah
rakyat yakni tangkuban perahu sebagai perwujudan kemarahan
sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan calon pinangannya yang
merupakan ibu kandungnya sendiri. Kisah bawang merah dan bawang putih
yang telah kita kenal sejak dahulu dapat menjadi salah satu contoh
dalam hal ini.
Contohnya
:
· Malin
Kundang
· Si
Pitung
· Timun
Mas
A. Penalaran
Penalaran
Deduktif (rasionalisme)
Dengan
bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya
cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan
tanpa mengarang mitos.
Menurut
A. Comte, dalam perkembangan manusia sesudah tahap mitos, manusia
berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah
terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara obyektif.
Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang obyektif. Berbeda
dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba
mempergunakan rasionya untuk memahami obyek secara dangkal, tetapi
obyek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
Perkembangan
alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka manusia
tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang ke dalam tahap
positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau tahap ilmu ini,
rasio sudah dioperasikan secara obyektif. Manusia menghadapi obyek
dengan rasio.
Dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api meletus yang
menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak lagi
mengadakan selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan
mengamati peristiwa itu, mempelajari mengapa gunung api itu dapat
meletus, kemudian berusaha mencari penyelesaian dengan
tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya. Misalnya,
dengan mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk mengurangi
banyaknya korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut
dipindahkan ke daerah lain. Inilah bukti bahwa manusia lama-kelamaan
tidak puas dengan mitos sebagai pemikiran yang irasional, kemudian
mencari jawaban yang rasional.
Pemecahan
secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh
pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang
disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis
menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara
berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.
Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif
dari kedua premis tersebut.
Dengan
demikian, jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tama harus mulai
dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Aksioma dasar ini
yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, diturunkan atau
berasal dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti
dalam pikiran manusia. Dengan penalaran deduktif ini dapat diperoleh
bermacam-macam pengetahuan mengenai sesuatu obyek tertentu tanpa ada
kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Di samping itu juga
terdapat kesulitan untuk menerapkan konsep rasional kepada kehidupan
praktis.
Penalaran
Induktif (empirisme)
Pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata mempunyai
kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman
konkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman
konkret disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa
pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh
langsung dari pengalaman konkret.
Penganut
empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan
umum dari pengamatan, atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Misalnya, pada pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan
sebagainya, jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh
hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena
bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula dengan
pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak
dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera. Karena itu himpunan
pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.
CARA
MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Menurut
Charles Price ada 4 macam cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
i) Percaya
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
ii) Wibawa
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
iii) Apriori
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
iv) Metode
Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah. Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah. Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
(1) Objektif (Pengetahuan
itu sesuai dengan Objek)
(2) Metodik (Pengetahuan
itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol)
(3) Sistematis (Pengetahuan
ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri
satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga
keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.)
(4) Berlaku
Umum/ Universal (Pengetahuan
tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang
saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan
sesuatu yg sama atau konsisten.)
Ada
2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
A. Rasionalisme
Secara
etimologis Rasionalisme berasal
dari kata bahasa Inggrisrationalism.
Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang
berarti “akal”. A.R. Lacey7 menambahkan bahwa berdasarkan akar
katanya Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa
akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Sementara itu,
secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam
penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama
pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari
pengamatan inderawi.
B. Empiris
Yaitu
pengetahuan yang disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yang
dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat
pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,
namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
Beberapa
alasan mengapa manusia mudah menerima mitos
:
Begitu
besarnya pengaruh mitos, legenda dan cerita rakyat, bahkan hingga
sampai saat ini banyak dari kita yang masih mempercayai salah satu
atau beberapa hal tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan mitos
dan beberapa hal berikutnya dapat timbul ialah :
1. Keterbatasan
pengetahuan manusia, pada
umunya manusia memperoleh informasi dari cerita orang yang mengetahui
akan suatu hal. Kemudian hal ini bepindah telinga kepada manusia yang
lain. Yang menjadi masalah adalah kebenaran tentang informasi atau
pengetahuan yang muncul dan telah menyebar tersebut.
2. Keterbatasan
manusia dalam menalarkan sesuatu, ini
dikarenakan kemampuan berpikir manusia pada saat itu masih latih.
Sehingga pemikiran yang dihasilkan dapat benar dan dapat pula salah.
3. Keingintahuan
manusia yang telah terpenuhi untuk sementara, mengandung
pengertian bahwa ketika manusia telah mampu menalarkan sedikit hal
yang ada dalam pikirannya maka disitulah letak kepuasan manusia yang
diterimanya secara intuisi.
4. Keterbatasan
alat indera manusia, selain
beberapa hal diatas keterbatasan manusia terhadap bagaimana Ia
menggunakan alat inderanya masih terbatas sehingga jangkauan yang
sangat detail dalam suatu penciptaan hal yang baru masih bisa
diragukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar